Menteri PPPA: Pandemi Covid-19 Buat Perempuan Semakin Rentan Mendapat Kekerasan

Menteri PPPA: Pandemi Covid-19 Buat Perempuan Semakin Rentan Mendapat Kekerasan

admin November 27, 2020

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengatakan pademi Covid 19 semakin memperburuk ketimpangan gender di Indonesia. "Sebagai bencana nasional non alam, yang kita rasakan selama sembilan bulan terakhir, pandemi Covid 19 semakin memperburuk ketimpangan gender yang telah lama dirasakan perempuan," kata Bintang saat memberi sambutan dalam acara webinar Pandemi Covid 19 dan Perlindungan Terhadap Perempuan, Bagaimana Peran Pers?, Jumat (27/11/2020). Selain itu, dengan adanya pandemi menyebabkan keberadaan perempuan semakin rentan.

"Pandemi juga telah menempatkan posisi perempuan sebagai kelompok yang semakin rentan," ujar Bintang. Himpitan ekonomi, tekanan yang tinggi. dan semakin banyaknya waktu yang dihabiskan di dalam rumah, membuat perempuan semakin rentan mendapatkan kekerasan berbasis gender. Bahkan di rumahnya sendiri.

Padahal lanjut dia, rumah seharusnya menjadi tempat yang paling nyaman dan aman bagi perempuan. Kebijakan bekerja dan belajar dari rumah, yang harus dilakukan untuk menekan laju penyebaran Covid 19, kata dia, membuat kekerasan terhadap perempuan semakin tinggi. “Sementara itu banyaknya yang di PHK, daya beli masyarakat yang menurun, dan banyaknya korban meninggal dunia karena Covid 19, semakin mengancam kesejahteraan perempuan,” jelas Bintang.

Ia menegaskan, kerentanan perempuan terhadap kekerasan bukan karena kelemahan dirinya, tetapi konstruksi sosial di tengah masyarakat lah menempatkan perempuan pada posisi lebih rendah dari laki laki. Sebelumnya dalam Peringatan Hari Ibu secara daring, Rabu (25/11/2020), Bintang menyampaikan berdasarkan data yang terlihat dari indeks pembangunan manusia (IPM), indeks pembangunan gender (IPG), dan indeks pemberdayan gender (IDG). Adapun IPM, kata dia, mengukur kualitas hidup manusia dari aspek kesehatan pendidikan dan ekonomi.

Bintang mengatakan, dimensi ekonomi pada IPM menunjukkan pengeluaran per kapita perempuan masih lebih rendah dari laki laki yaitu 9 juta per tahun berbanding 15 juta per tahun. Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan juga, kata dia, jauh lebih rendah dibandingkan tingkat partisipasi angkatan kerja laki laki. Bahkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan yang sudah rendah semakin mengalami penurunan. Sedangkan tingkat angkatan kerja partisipasi laki laki yang sudah cukup tinggi mengalami kenaikan sejak dari 2019 ke 2020.

Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan, kata dia, hanya 50 persen sementara laki laki 80 persen. Bintang menegaskan, kiprah perempuan dalam menjaga stabilitas ekonomi bangsa tidak bisa dipandang sebelah mata. "Data UN Women 2020, padahal jika perempuan bisa berdaya, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi semakin maju," kata dia.

Juga, berdasarkan survei Bank Dunia 2016, lebih dari 50 persen usaha kecil di Indonesia dimiliki dan dikelola oleh perempuan. "Meski peran perempuan cukup krusial, namun tugas ini tak bisa dititikberatkan pada perempuan seorang. Untuk itu perlu ada peran serta yang setara antara perempuan dan laki laki," kata dia. "Baik suami maupun istri harus sama sama berdaya, sama sama mendapatkan haknya untuk bersuara, memiliki pengetahuan yang luas akan pengasuhan, dan tidak lelah untuk selalu belajar," ucap dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.